DASAR PEMIKIRAN
Ketika perubahan terjadi semakin cepat dan persaingan bisnis semakin dahsyat seperti saat ini, kepemimpinan yang mampu mengimbangi persaingan bisnis sangat dibutuhkan, tidak sekadar kemampuan Manajerial dan Tehnikal, melainkan sebuah konsep kepemimpinan yang terintegritas, hal ini berlaku untuk seluruh lini bisnis tanpa terkecuali di Industri Manufacturing
Di era perubahan yang cepat, pimpinan di Industri Manufacturing (Leader, Foreman, Supervisor, dan Manager) dituntut untuk memiliki jiwa kepemilikan terhadap perusahaan (ownership) yang tinggi, dan mampu menciptkan tim kerja yang “PRODUKTIF DAN PEMBELAJAR”, Pimpinan adalah kekuatan utama yang dibutuhkan untuk melakukan perubahan yang berhasil.
Pemimpin harus mampu menterjemahkan Visi – Misi serta Nilai perusahaan, selanjutnya mampu membuat strategi-strategi guna mencapai tujuan perusahaan, disisi lain juga harus mampu menginspirasi dan membangun kemampuan melalui berbagai sinergi dengan dengan melibatkan te
melibatkan team dan seluruh organ perusahaan
Berdasarkan pengalaman selama menjadi praktisi HR Selama 15 tahun, Ilmu yang diperoleh selama kuliah S2 (Magister Management) Jurusan Manajemen Sumber Daya Manusia, dan sebagai Konsultan di bidang Manajemen SDM sejak November 2010, Slamet Ardyanto, SE, MM - Direktur Q.One Consulting , melakukan analisa dan disimpulkan bahwa Terdapat 10 Permasalahan Kepemimpinan Yang Sering Timbul dalam Organisasi , yaitu:
· Lemahanya Pemahaman Visi – Misi Perusahaan , bahkan seorang pimpinan tidak mengetahui apa Visi – Misi perusahaan!, bagaimana dengan teamnya (Worker /Operator)?, lalu bagaimana cara membuat strategi untuk Departemen atau Unit kerjanya?
· Kurang Mampu mengkomunikasikan atas hasil kerja kepada Manajemen , sehingga yang terjadi, merasa telah bekerja semaksimal mungkin, namun merasa kurang diperhatikan oleh perusahaan, dan ketika ini dibiarkan terus menerus maka akan menimbulkan demotivasi pemimpin itu sendiri
· Lemahnya Kemampuan Berkomunikasi, penelitian menunjukan bahwa 70% kesalahan kerja diakibatkan oleh komunikasi yang buruk.
· Tidak bersikap, berprilaku dan mengambil keputusan sesuai pada posisinya , misal: Leader tapi cara kerjanya seperti worker , sehingga kurang dianggap oleh teamnya, apalagi pernah satu posisi atau usianya lebih tua, ini akan jauh lebih bermasalah
· Lemahnya dalam membuat perencanaan kerja dan menggontrol kegiatannya , sehingga aktivitas yang dilakukan cenderung kerjaan rutin harin, terlihat layaknya worker
· Lemahnya dalam Manajemen Waktu , sehingga tidak memiliki prioritas dalam bekerja, terlihat sibuk bekerja, namun ketika diminta menjelaskan hasil kerja oleh Manajemen kurang mampu menjelaskan/mengalami kesulitan
· Lemahnya Pemahaman Tentang Situasional Leadership , sehingga ketika terjadi permasalahan terhadap karyawan, sering diperlakukan sama. Padahal terdapat 4 kuadran kondisi karyawan dipandang dari sudut Kompetensi dan Komitmen, dan cara penyelesaian ketika terdapat permasalahan terhadap kuadran yang berbeda, harus diselesaikan dengan cara yang berbeda pula
· Merasa Posisinya Rendah, sering terjadi pimpinan merasa posisinya rendah, sebagai contoh: seorang Leader yang merasa dirinya rendah, maka setiap permasalahan selalu diserahkan kepada atasannya (Foreman, Supervisor, atau Manager), bahkan ada yang langsung ke HRD. Jika ini dibiarkan berlarut-larut maka kondisi ini akan menciptakan seorang Leader yang tidak memiliki Power